Film Jumbo dan Mimpi Besar Animasi Lokal

Sumber : Youtube

Halo poppals! Indonesia baru-baru ini punya cerita yang membanggakan dari dunia animasi. Film Jumbo, yang rilis pada 31 Maret 2025, mencetak rekor baru sebagai film animasi terlaris se-Asia Tenggara.

Telah ditonton sebanyak 9,6 juta kali dan meraup lebih dari USD 20 juta atau sekitar Rp 328 miliar, film ini menjadi titik balik bagi perfilman lokal.

Membawa Angin Segar

Di tengah dominasi film horor dan drama aksi, Jumbo hadir seakan membawa angin segar dan harapan baru bagi industri kreatif dalam negeri. Merupakan produksi Visinema Pictures dan Ryan Adriandhy sutradaranya, film ini mengangkat kisah Don.

Seorang anak yatim piatu bertubuh besar yang mencari penerimaan. Ceritanya sederhana, tetapi penuh emosional, dan berhasil meraih simpati banyak kalangan.

“Ini bukan cuma tentang angka. Ini tentang bukti bahwa masyarakat Indonesia mencintai cerita buatan sendiri,” ujar Angga Dwimas Sasongko, pendiri Visinema Pictures, dalam wawancara dengan Reuters, 1 Mei 2025.

Membuat Rekor diluar Tanah Air

Film ini tidak hanya mengalahkan rekor lokal, tetapi juga menyalip Frozen 2 dalam daftar animasi terlaris Asia Tenggara. Pencapaian ini menandai tonggak baru bagi animasi Indonesia.

Pada perjalanan dan proses pembuatan animasi Jumbo melibatkan 420 kru dan berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih selama lima tahun. Seluruh proses produksi sepenuhnya di dalam negeri.

Ryan Adriandhy dalam Webinar Kreasi Visual Nusantara (18 April 2025) mengungkapkan bahwa proyek ini sempat hampir gagal karena kurangnya investor yang percaya pada potensi animasi lokal.

Dalam dua bulan terakhir, lebih dari sepuluh rumah produksi mulai membuka divisi animasi sendiri.

Bahkan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyebut Jumbo sebagai “ikon industri kreatif nasional” dalam konferensi pers di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, 5 Mei 2025.

Film ini merupakan karya talenta lokal dari Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Mereka bekerja secara kolaboratif, menggabungkan kultur, aksen, dan cara berpikir Indonesia dalam satu karya.

Film yang Mewakili Jutaan Anak

Jumbo terasa “punya kita” bukan hanya karena bahasanya, tapi karena jiwanya.

Karakter Don mencerminkan keresahan anak muda yang merasa asing di lingkungannya. Ia mewakili jutaan anak dengan tubuh yang tidak sesuai ekspektasi sosial, namun tetap berusaha berdamai dengan diri sendiri.

Penonton merasa terwakili, bukan karena Don sempurna, tapi karena ia jujur.

Tanda Permulaan

Dalam diskusi publik “Sinema dan Imajinasi Baru Asia Tenggara” di Goethe-Institut Jakarta, 12 Mei 2025, pengamat budaya Hikmat Darmawan mengatakan

“Kita tidak punya cukup ekosistem dan industri pendukung animasi yang bisa menjamin kesinambungan produksi. Namun Jumbo membuktikan bahwa kita sudah siap untuk mulai.”
(Sumber: Kompas.id, “Film Jumbo dan Ambisi Animasi Indonesia”, 13 Mei 2025)

Langkah Visinema selanjutnya adalah memperluas semesta Jumbo, dengan investasi USD 10 juta untuk proyek-proyek animasi baru berikutnya. Film ini akan tayang di 17 negara mulai Juni 2025, termasuk Korea Selatan, Jepang, dan Uni Emirat Arab.

Strategi ini mengarah pada penguatan Intellectual Property (IP) lokal sebagai aset ekonomi dan budaya jangka panjang.

Meski demikian, keberlanjutan tetap menjadi tantangan utama. Tanpa dukungan ekosistem pendidikan, kebijakan publik, dan distribusi global yang kuat, Jumbo bisa saja jadi pengecualian alih-alih permulaan.

“Kita tidak boleh puas dulu. Yang kita butuhkan sekarang adalah replikasi, bukan selebrasi semata,” kata Hikmat dalam diskusi yang sama.

Pada akhirnya, Jumbo adalah bukti bahwa Indonesia bisa berimajinasi. Bahwa kisah lokal bisa mendunia jika dikerjakan dengan ketekunan dan visi.

Dan dalam tubuh besar seorang anak bernama Don, ada keberanian untuk percaya bahwa mimpi dari negeri ini layak ditonton dunia.

Baca berita selanjutnya

One comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *