No Fi Club Toiwohouse Hening Nyata Penuh Warna

Dokumentasi Poppals @wildan-saputra-utomo

Halo Poppals! Saat notifikasi sunyi dan layar tersimpan, sesuatu yang berbeda terasa di Toiwohouse Café. Tanpa WiFi dan gangguan ponsel, ruang ini berubah menjadi tempat untuk hadir sepenuhnya. Di sinilah No Fi Club menghadirkan pengalaman yang tak tergantikan,tanpa sinyal, dan penuh makna.

Ruang Bebas Layar

Sore itu, suasana di Toiwohouse Café terasa berbeda dari biasanya. Tidak ada suara notifikasi, tidak ada wajah tertunduk menatap layar,semuanya lebur dalam tawa dan warna.

Acara “No-Fi Club” resmi dimulai pada 3 Mei 2025 pukul tiga sore, dan sejak saat itu, dunia digital seakan benar-benar ditinggalkan.

Toiwohouse Café menggagas event ini sebagai bentuk ruang bebas gawai yang mengajak pengunjung untuk hadir sepenuhnya di dunia nyata. Christo, owner café tersebut, mengatakan bahwa kehadiran “No-Fi Club” adalah bentuk tanggapan terhadap kejenuhan sosial akibat dominasi teknologi.

“Kami ingin buat ruang aman untuk ngobrol, berkarya, dan terkoneksi tanpa layar,” ujarnya.

Tanpa koneksi WiFi dan larangan menggunakan ponsel, para pengunjung bersama-sama menikmati aktivitas manual yang menyegarkan.

Mulai dari meronce, paper quilling, hingga crochet dan melukis di collaborative art canvas, semua aktivitas sembari ngobrol santai dengan orang baru. Ada juga board games, nail art, hingga sesi menulis “time capsule” untuk menyimpan harapan di masa depan.

Event Positif

Ivan, mahasiswa yang hadir sebagai peserta, mengaku merasa lebih hidup dan rileks saat mengikuti kegiatan ini.

“Awalnya kikuk tanpa HP, tapi lama-lama malah seru banget, bisa ngobrol beneran sama orang,” katanya sambil tertawa. Ia mengaku belum pernah ikut event yang membuatnya lupa waktu tanpa scrolling media sosial.

Dokuemntasi Foto dari Christo

Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Yudharta Pasuruan, Rifai menyebut bahwa kejenuhan terhadap komunikasi digital memang nyata terjadi.

“Masyarakat dibanjiri informasi dan validasi diri yang berlebihan, akhirnya muncul kejenuhan dan ketidakpedulian sosial,” jelasnya.

Menurutnya, event seperti “No Fi Club” dapat menjadi bentuk perlawanan yang sehat terhadap layar digital.

Rifai juga menyoroti dampak positif dari event tanpa gangguan hape, seperti meningkatnya kreativitas, kepercayaan diri, dan kepedulian sosial antarindividu.

Namun Rifai juga mengingatkan tentang dampak negatif seperti keterbatasan dokumentasi dan inklusivitas digital. Meski begitu, Rifai yakin bahwa ini bisa menjadi peluang membentuk komunitas yang sadar teknologi dan peduli lingkungan sosial.

Di akhir acara, banyak pengunjung tampak enggan pulang, seakan tidak ingin kembali ke layar yang terus menyita perhatian. Dalam keheningan dari notifikasi, justru percakapan mengalir, kreativitas tumbuh, dan koneksi manusia terjadi.

“Mungkin ini bukan tentang offline selamanya, tapi tentang mengingat rasanya benar-benar hadir,” tutup Christo.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *